Selasa, 19 Oktober 2021

Koneksi Antar Materi Modul Guru Penggerak - Budaya Positif

 Koneksi Antar Materi Modul Guru Penggerak - Budaya Positif


Digugu dan ditiru... betapa sering istilah ini kita dengar jika merujuk pada Guru. Guru merupakan teladan baik untuk siswanya, maupun untuk lingkungan sosialnya. Saat seorang guru melanggar norma dalam lingkungan masyarakat, betapa fatal imbasnya baik itu terhadap nama baiknya sebagai pribadi, maupun dalam hal keprofesian.

Merujuk pada pemikiran Ki Hajar Dewantara (yang mengikuti trend bahasa gaul seringkali disingkat KHD), Guru diibaratkan seperti tukang kebun yang harus mampu memastikan segala jenis bibit yang dimilikinya tumbuh dalam kondisi seperti apapun. Walau tentu sang tukang kebun tidak dapat menyulap bibit padi untuk tumbuh menjadi tumbuhan lain. Dengan kata lain, seorang guru harus mampu mengondisikan lingkungan siswa bertumbuh, memastikan setiap siswa terpenuhi kebutuhan dalam pendidikan dan pembelajarannya sehingga tujuan akhir untuk menjadi manusia yang bahagia dan selamat dapat terwujud.

Mencapai cita-cita luhur tersebut tentu tidak mudah. Untuk itu seorang guru wajib memahami perannya dalam mengajar dan mendidik. Peran kompleks yang disebut sebagai Peran Guru Penggerak yaitu sebagai pemimpin pembelajaran, sebagai penggerak komunitas praktisi, sebagai coach untuk guru lain, mendorong kolaborasi antar guru dan mewujudkan kepemimpinan murid. Dalam melaksanakan perannya, tentu ada hal yang harus dimiliki seorang guru sebagai pondasi untuk mewujudkan siswa yang memiliki kepribadian sesuai Profil Pelajar Pancasila. Hal penting tersebut adalah Nilai Guru Penggerak, yaitu Mandiri, Reflektif, Inovatif, Kolaboratif dan Berpihak pada Murid.

Segala upaya tersebut semata-mata ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan filosofi KHD yaitu mengantarkan siswa mencapai kebahagiaan dan keselamatan baik itu sebagai individu maupun anggota masyarakat. Pencapaian ini tentu disesuaikan dengan kodrat alam (lingkungan) siswa dan kodrat jaman (kemajuan dan tuntuan jaman) yang dihadapi siswa. Sehingga dalam rangka mencapai tujuan tersebut, tentu seorang guru wajib memiliki visi sebagai petunjuk arah langkahnya. Penyusunan visi ini harus memperhatikan kekuatan yang dimiliki oraganisasi dan lingkungan bernaungnya, yang kemudian disebut sebagai Inkuiri Apresiatif. 

Model pendekatan Inkuiri APresiatif menekankan pada apa yang sudah suatu organisasi miliki yang kemudian dapat dikembangkan sebagai kekuatan. Penyusunan langkah pendekatannya menggunakan metode BAGJA yaitu Buat Pertanyaan Utama, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana dan Atur Langkah.

Dalam proses pencapaian visi, tentu ada rambu-rambu yang wajib warga sekolah taati bersama. Biasanya, peraturan sudah dibuat pihak sekolah, tanpa melibatkan siswa. Pengabaian keterlibatan ini seringkali berimbas pada kekurangpahaman siswa akan aturan yang ditetapkan sekolah dan mengapa harus menaati suatu aturan yang sudah dibuat. Sehingga pada akhirnya terjadi pelanggaran-pelanggaran aturan. Dalam menertibkan aturan ini, Guru seringkali memberlakukan tindakan disipliner yang melibatkan hukuman fisik. Namun apakah efisien?

Ternyata pelanggaran yang seringkali siswa lakukan dilatarbelakangi oleh kebutuhan dasar manusia yang antara lain terdiri dari: cinta dan kasih sayang, kebebasan, kesenangan, dan kekuasaan. Tapi kita sebagai guru seringkali kurang memahami hal ini. Kita lebih sering mengambil peran sebagai pemberi hukuman atau pembuat rasa bersalah. Seyogyanya seorang guru harus mampu berperan sebagai Manajer yang mampu menjadi teladan untuk siswa dalam berlaku, menggiring siswanya untuk berefleksi atas kekeliruan yang diperbuat, serta mengarahkan siswa untuk mengambil langkah perbaikan atas inisiatifnya sendiri.. Pendekatan ini disebut dengan Restitusi yang memiliki tiga langkah pendekatan (sehingga disebut Segitiga Restitusi). Langkah tersebut ialah: menstabilkan identitas, memvalidasi tindakan dan menanyakan keyakinan. Tentu saja, sebelum langkah restitusi diambil, harus ada nilai keyakinan yang disepakati untuk dipatuhi. Penyusunan nilai keyakinan wajib melibatkan siswa, sehingga siswa diajarkan untuk konsisten dengan nilai yang sudah disepakati dari awal.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contoh laporan guru piket Praktik Kinerja PMM

  SIlakan Klik