Rabu, 20 Oktober 2021

Aksi Nyata Budaya Positif

Melibatkan Siswa dalam Menyusun Nilai Keyakinan


Tata tertib? Dibentuk untuk ditaati atau untuk dilanggar? Banyak pastinya dari siswa kita yang melakukan pelanggaran aturan yang telah ditetapkan. Tentu saja, untuk para pelanggar, ada beragam sanksi yang sudah disediakan. Mulai dari hormat bendera, lari keliling lapangan (tentu saja waktu dan jumlah putaran harus manusiawi), push up hingga menulis "Saya tidak akan mengulangi" hingga tangan kapalan. Namun kita tidak menyadari bahwa siswa kita melakukan pelanggaran terkadang karena memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Apa sajakah kebutuhan dasar tersebut?

Adalah Dinda, seorang siswi 14 tahun yang memasuki masa pubertas. Dia mulai berdandan ke sekolah untuk menarik perhatian orang-orang di sekelilinnya. Dapat dikatakan bahwa Dinda melakukan hal ini untuk memenuhi kebutuhan dasarnya akan cinta dan kasih sayang.

Lain lagi dengan Galang. Siswa ini sering sekali melawan guru. Berkata-kata pun seringkali kasar. Galang juga sering memalak siswa lain yang lebih lemah. Hal ini dilakukan karena Galang memenuhi kebutuhan akan kekuasaan.

Di kelas lain, Budi seringkali bolos dalam kegiatan daring. Ternyata setelah dicari tahu, Budi bekerja menggembalakan ternak tetangganya karena ayahnya baru saja terkena stroke dan tidak bisa melaksanakan tugas tersebut. Budi meninggalkan kewajibannya sebagai siswa untuk memenuhi kebutuhan bertahan hidup.

Anita adalah seorang siswa yang hobi melukis. Tetapi orangtuanya lebih menyukai jika Anita fokus dalam bidang sains. Setiap kali belajar, Anita kurang termotivasi dan lebih suka menggambar di bukunya. Nilainya pun kurang baik dan guru banyak mengeluh karena Anita lebih asik menggambar daripada memperhatikan pelajaran. Dalam hal ini Anita sedang memenuhi kebutuhan akan kebebasan.

Najwa beberapa kali dipanggil guru BK karena ketahuan menyembunyikan benda-benda milik teman-temannya. Bukan berarti Najwa mengambil karena ingin memiliki benda-benda tersebut. Diakui Najwa dia hanya iseng mengerjai teman-temannya. Dalam hal ini Najwa melakukan pelanggaran karena unsur pemenuhan kesenangan.

Nah, tentu setelah memahami kebutuhan dasar tersebut, kita sedikit tercerahkan, ya? Terkadang siswa tidak memahami nilai-nilai kebajikan yang dituangkan dalam tata tertib sekolah. Sederhana saja, hal ini karena mereka tidak dilibatkan dalam penyusunannya. Lalu apa yang harus dilakukan? Mari libatkan siswa dalam bentuk dialog menyusun Nilai Keyakinan yang nantinya akan sama-sama ditaati warga kelas. Berikut ini adalah contoh sederhana Penyusunan Nilai Keyakinan Kelas.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contoh laporan guru piket Praktik Kinerja PMM

  SIlakan Klik